Film Noken Rahim Kedua adalah film independen hasil kerja kolaborasi komunitas. Film ini mengangkat tema tentang perempuan dan noken. Film ini mengajak penontonnya untuk mencari makna noken dalam kehidupan sehari – hari, bahkan sejak awal kehidupannya, bayi Papua sangat dekat dengan noken.

Komunitas konten kreator dan independen filmmaker Imaji Papua kembali memproduksi film dokumenter berjudul Noken Rahim Kedua.
Film Noken Rahim Kedua adalah film independen hasil kerja kolaborasi komunitas. Film ini mengangkat tema tentang perempuan dan noken. Film ini mengajak penontonnya untuk mencari makna noken dalam kehidupan sehari – hari, bahkan sejak awal kehidupannya, bayi Papua sangat dekat dengan noken.
Film Noken Rahim Kedua berdurasi 38 menit, produser Yulika Anastasia, sutradara Adi Sumunar, asisten sutradara Miki Wuka, director of photography Alfonso Dimara, dan music director Septina Rosalina Layan.
Gagasan film ini muncul berawal dari melihat postingan foto di media sosial tentang bayi yang diletakkan dalam noken yang digantung di dahan pohon.
“Saya tergelitik dengan beberapa komentar tentang foto tersebut, ada yang berkomentar kasihan atau tega sekali. Lantas saya berpikir coba lihat baik – baik apakah anaknya menangis atau merasa nyaman,” ungkap Adi Sumunar.
Lebih lanjut Adi mengatakan di berbagai daerah misalnya di Sulawesi anak digendong menggunakan sarung, di Jawa anak digendong dalam jarik dan anak di Papua digendong dalam noken, dan anak – anak dari latar belakang budaya yang berbeda tetap merasa nyaman.
“Saya coba menjawab melalui film dokumenter bahwa kehidupan masyarakat asli di Papua khususnya di Wamena justru muncul hal yang lebih menarik lagi, kehidupan si bayi malah lebih banyak di dalam noken, itulah kenapa judulnya Noken Rahim Kedua. Bayi setelah dilahirkan oleh ibunya dia dimasukkan kedalam rahim kedua, yakni noken,” paparnya.
Gagasan film ini kemudian diungkapan dan didiskusikan dengan beberapa orang untuk mendapatkan dukungan produksi.
“Saya tertarik dengan idenya Adi, ketika ia cerita tentang ide film itu sesuai dengan harapan saya untuk mengangkat kehidupan di kampung. Kebetulan di kampung saya Wukahilapok Wamena ada subyek yang pas, yakni Mama Yowan yang punya anak bayi. Lalu saya berdiskusi dengan orang – orang tua dikampung tentang rencana penggarapan film ini, mereka setuju dan kami mulai meriset,” papar Miki Wuka, Asisten Sutradara.
Miki menambahkan film dokumenter ini mempunyai kesan mendalam tersendiri baginya, yakni cerita nyata tentang kehidupan pada suatu waktu di kampungnya yang difilmkan.
“Orang – orang tua kami di kampung Wukahilapok menyambut baik film ini,” ungkapnya.

Syuting film Noken Rahim Kedua dilakukan di Kampung Wukahilapok, Wamena, Kabupaten Jayawijaya pada November 2019.
Film ini bercerita tentang kehidupan Mama Yowan sehari – hari. Sebagai ibu rumah tangga yang baru melahirkan, ia harus membagi waktunya antara mengurus anak yang baru dilahirkan dan membantu perekonomian keluarganya dengan berkebun dan menjual hasil kebunnya dipasar. Ia menjalani hari – harinya sebagai Mama Noken yang bergulat mengatasi tantangan hidup.
Yang menarik dari film ini ialah lament (nyanyian ratapan) yang menggantikan narasi. Lament atau ratapan adalah ekspresi kesedihan yang membangkitkan harapan – harapan baru. Penggarapan lament ini bekerja sama dengan musik director Septina Rosalina Layan.
“Film Noken Rahim Kedua ini sebenarnya adalah tugas akhir kuliah S2 Adi Sumunar. Ketika kami berdiskusi kami sepakat bahwa film ini bukan semata – mata menjadi sekedar tugas akhir saja untuk mendapatkan gelar S2, namun karya ini juga harus diputar di ruang – ruang pemutaran untuk ditonton dan didiskusikan. Saya berharap film ini menjadi medium untuk me-narasikan Papua dari kacamata filmmaker independen,” kata Yulika Anastasia.
Yulika menambahkan film ini sebenarnya telah direncanakan untuk pemutaran perdana pada awal tahun ini, namun terkendala situasi pandemi covid-19.
“Dalam waktu dekat kami akan melakukan pemutaran dan diskusi, dan kami juga mencari ruang – ruang pemutaran dalam jejaring komunitas film, sehingga karya ini bisa ditonton dan diskusikan,” pungkasnya.

Sutradara: Adi Sumunar
Astrada : Miki Wuka
DOP : Alfonso Dimara
Editor: Hadi Surya
Music Director: Septina Rosalina Layan
Prasarana: Fransiska Pigay
Translator: Frater Petrus Hisage, Vincentius Himan
Desain Poster: Fajar Nirmana
Pemain: Mama Yowan Wuka, Rahel Hilapok, Sendius Hilapok
Akomodasi: Aser Hilapok
Nara Sumber: Alpius Wetipo, Thobias Elopere, Petrus Hilapok
Kategori:Ruang Film Imaji