Pemutaran perdana film dokumenter Tonotwiyat (Hutan Perempuan) mendapatkan simpati dan apresiasi Walikota Jayapura DR Benhur Tomi Mano, MM dan warganet. Ini memberikan semangat bagi kami untuk terus berkarya dan mengembangkan kreatifitas, agar bisa mempersembahkan yang terbaik bagi negeri ini. (Yulika Anastasia, Produser/ Sutradara Tonotwiyat)
Pemutaran perdana dan diskusi film dokumenter Tonotwiyat (Hutan Perempuan) diselenggarakan pada Senin, 24 Juni 2019, di Grand Abe Hotel, Abepura, Papua.
Pemutaran perdana film ini dihadiri oleh Walikota Jayapura, DR. Drs. Benhur Tomi Mano, MM, Ketua Asosiasi Perfilman (Aperfi) Kota Jayapura Bung Hendrik Muabuay, Aktivis Senior Bung Andre Liem, komunitas film, komunita pecinta lingkungan dan akademisi.
Walikota Jayapura yang hadir memberikan apresiasi kepada Imaji Papua yang telah memproduksi film dokumenter tersebut. Menurutnya tak banyak film dokumenter yang mengangkat tradisi Port Numbay (Jayapura).
“Terima kasih Yulika dan teman-teman Imaji Papua yang telah mengangkat potensi kearifan lokal di kampung,” katanya.
Benhur juga mengatakan, semoga hadirnya film ini, tak ada lagi pengerusakan di hutan.
“Sekarang yang cari bia di hutan bukan hanya warga Enggros, tapi juga ada warga dari Biak dan Serui yang memang tinggal di Port Numbay. Itulah kebaikan masyarakat Port Numbay. Sekali lagi, selamat untuk Yulika dan teman-teman Imaji Papua,” ujarnya.

Film yang berdurasi 95 menit itu, rupanya cukup menarik antusiasme warga. Ruangan pun terlihat penuh dengan penonton bahkan sebagian besar bertahan hingga sesi diskusi (bedah) film berakhir. Ada cukup banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh penonton kepada narasumber, yakni Yulika Anastasia (produser/ sutradara), Orgenes Meraudje (kepala kampung Enggros) dan Hendry Muabuay (ketua Aperfi Kota Jayapura).
Hingga tulisan ini diturunkan trailer film dokumenter yang dipublish di halaman facebook Imaji Papua telah ditonton sebanyak 27ribu kali tayang dan 297 kali dibagikan.
https://web.facebook.com/imajipapua/videos/535642060297166
“Saya tidak menyangka ekspektasi penonton sebagus ini. Selama ini yang saya tahu, segmentasi film dokumenter tak sebesar film bioskop. Saya bersyukur film ini cukup menarik perhatian warga Kota Jayapura,” kata Yulika, produser/ sutradara Hutan Perempuan.
Ia menambahkan, film yang diproduksi secara independen oleh Imaji Papua merupakan langkah awal yang baik untuk terus berkarya dan berkecimpung di dunia perfilman.
“Dengan segala kelebihan dan kekurangan, tentunya film ini menjadi persembahan dari kami bagi warga Kota Jayapura dan Papua. Semoga ini menjadi motivasi bagi kami untuk menghasilkan karya – karya berikutnya,” pungkasnya.
Kategori:Ruang Film Imaji