Dua orang sahabat yakni Calvin Waisimon dan Daud Wouw terjun ke dunia pemandu wisata agar bisa menjaga hutan.

Calvin dan Daud, bersama beberapa anak muda lainnya hampir setiap hari masuk kedalam hutan Rhepang Muaif, Isyo Hills, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura. Mereka membersihkan jalur trekking, belajar mengenali jenis burung dari suaranya, dan berbagi pengetahuan di Sekolah Alam Yombe Yawa Datum kepada anak – anak muda lainnya.

Kisah aktivitas sehari – hari Calvin dan Daud yang bekerja di Ekowisata Isyo Hills dan Sekolah Alam Yombe Yawa Datum inilah yang diangkat dalam film dokumenter ini.

Kata ‘Yawa Datum’ berasal dari bahasa Suku Namblong di Lembah Grime, Kabupaten Jayapura yang bermakna ‘sedang bertumbuh’.

Calvin dan Daud merepresentasikan sosok anak muda yang sedang bertumbuh menjadi Penjaga Hutan. Mereka mengikuti jejak Alex Waisimon, ayah Calvin, seorang pejuang lingkungan yang pernah dianugerahi Kalpataru, sebuah penghargaan tertinggi dari Negara terhadap aktifis lingkungan.

Pemilihan judul Yawa Datum (Sedang Bertumbuh) terinspirasi dari nama Sekolah Alam Yombe Yawa Datum yang dibangun di kawasan ekowisata birdwatching Isyo Hills. Sebagai catatan sekolah alam ini membina anak – anak kampung usia dini hingga remaja belajar tentang alam, kearifan lokal, bahasa ibu dan bahasa Inggris.

Film Dokumenter Yawa Datum (Sedang Bertumbuh) karya Imaji Papua berdurasi 18 menit dilaunching pada hari Sabtu, 8 Juli 2023 di dua tempat, yakni pada ajang Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI) 2023 di Mall Jayapura dan Mangrove Cinema, Rumah Bakau Jayapura.

Pemutaran film menghadirkan dua tokoh utama dalam film ini yakni Calvin Waisimon dan Daud Wouw bersama sutradara Yulika Anastasia.

“Melalui film ini kami ingin membagikan inspirasi dan semangat kepada anak – anak muda agar lebih mencintai hutan dan ekosistem yang hidup didalamnya, khususnya burung cenderawasih,” kata Yulika.

Mengapa Imaji Papua menggarap film Yawa Datum (Sedang Bertumbuh) ? Film dokumenter dengan tema ekowisata tentang Hutan Papua menjadi sebuah potret yang sangat menarik terkait aktivitas masyarakat adat. Melalui film ini Imaji Papua ingin mengajak penonton lebih dekat dengan alam dan hutan Papua.

“Kami berharap kisah keseharian Calvin dan Daud bisa menginspirasi generasi muda lainnya untuk menjaga hutan dan ekosistem yang hidup didalamnya,” kata Yulika

Film ini menawarkan gagasan agar anak muda turut menjaga hutan, mengenali keanekaragaman-hayati yang hidup didalamnya misalnya berbagai spesies burung cenderawasih atau satwa endemik lainnya, kemudian menghidupkan ekowisata. Jika ekowisata hidup, turis domestik dan turis asing bisa berkunjung, maka dari sanalah warga kampung bisa beroleh pendapatan/ uang tanpa harus menjual atau merusak hutan.