Jayapura City

Dari Hollandia ke Jayapura

Disclaimer: Artikel ini adalah REPOST artikel yang pernah diterbitkan oleh Tabloid Tifa Irian pada tanggal 10 Maret 1980. Diposting ulang dalam rangka memperingati HUT Kota Jayapura ke-113 yang jatuh pada tanggal 7 Maret 2023

Depan Toko Doom, Darah Lumba – Lumba Dok V, Tahun 1962. Foto: Istimewa

7 Maret 1910. Cuaca hari itu tidak cerah. Namun demikian wajah cerah terhias pada wajah – wajah para anggota Detasemen Eksplorasi Belanda, yang berkerumun di sebuah tiang bendera. Semuanya ada empat brigade. Mereka berseragam mentereng dengan kancing – kancing yang gemerlapan.

Pemimpin mereka Kapten Sache, membuka upacara sederhana tapi khidmat itu dengan kata – kata sambutan yang berapi – api. Mula – mula dalam bahasa Belanda kemudian dalam bahasa Melayu. Setelah itu dengan suara lantang ia memberi aba – aba: “Atas nama ratu, kibarkanlah bendera. Semoga Tuhan meridhoi agar ia tak pernah diturunkan lagi.”

Dalam suasana hening, panji tiga warna, Bendera Belanda, perlahan – lahan mengangkasa, dan mulai terkembang dihembus angin sepoi yang bertiup dari Teluk Humboldt. Sesaat kemudian pedang – pedang “beterbangan” keluar dari sarungnya dan pekik sorak gempita membahana. Kota Hollandia, ibu kota Netherland Nieuw Guinea secara resmi terbentuk dalam sebuah upacara sederhana di sebuah bivak di Kloofkam, yang kini dikenal dengan nama Gurabesi.

***

Dok II Tahun 1961. Foto: Istimewa

Sejarahnya bermula pada perjalanan petualangan orang Perancis kesohor, Louis Antoine Baron de Bouganville, pembabtis kembang tropis indah Bouganville.

Dalam perjalanannya dengan kapal Bouduese dan I Etiole pada tahun 1768 ia menemukan sebuah deretan pegunungan buas yang menantang di angkasa. Bagi deretan pegunungan itu ia tak dapat menemukan sebuah nama lain yang lebih cocok dari Cycloop, diilhami dari nama raksasa bermata satu dalam mitologi Yunani. Namun ketika itu ia belum menemukan lokasi Hollandia (Jayapura).

Enam puluh tahun kemudian, yakni pada tanggal 12 Agustus 1827, seorang Perancis lainnya Jules Sebastian Cosar Dument d’Urville terperanjat dari atas geladak kapalnya “Astroballe” ia menyaksikan sebuah panorama yang menakjubkan. Didepannya terhampar sebuah teluk yang tenang lagi permai. Kekagumannya kepada penyelidik berkebangsaan Jerman, F.H. Alexander Van Humboldt mendesaknya membabtis teluk itu dengan nama Humboldt.

Kemudian beberapa tahun berlalu. Pada tahun 1858, sebuah kapal perang “Etna” membuang sauh di Teluk Humboldt. Di atas kapal itu terdapat satu tim ekspedisi ilmiah dibawah pimpinan Residen Bangka, H.D.A. Van der Goes, ditambah lagi dengan  beberapa ahli ilmu pengetahuan lainnya. Ekspedisi ini dalam sejarah menjadi penting, karena banyak nama – nama tempat ketika itu dipetakan, selain suatu penemuan lain, yakni ditemukannya Teluk Yotefa.

Pada tahun 1892 untuk pertama kalinya Danau Sentani ditemukan oleh seorang pengumpul binatang William Doherty. Pada tahun 1900 seorang pedagang bernama JM Dumas membuka pos di pulau Debi, sebuah pulau yang terletak di dalam Teluk Yotefa, sebelah barat Kampung Enggros. Kemudian sejumlah pegawai pemerintah dan pelancong bergabung disitu. Di situ pula, selama empat bulan sebuah ekspedisi dari Treub Institut menetap disitu. Pada waktu itu, perjalanan dilakukan di atas tanah yang tidak ramah di suatu daerah penuh misteri. 

Sejarah Kota Jayapura (Hollandia) sesungguhnya dimulai pada tanggal 28 September 1909 sebuah detasemen militer dibawah pimpinan Kapten Infanteri F.J.P. Sasche mendarat dengan Kapal Edi di pantai sekitar Teluk Humboldt. Melalui penyeledikan beberapa hari akhirnya terpilih sebuah jalur pasir, dekat sebuah anak sungai dengan air yang jernih. Anak sungai yang oleh penduduk setempat dinamakan “Noebai” atau juga Anafre, bersumber di Pegunungan Cycloop dan bermuara di Teluk Humboldt.

Di atas tempat itulah pekerjaan pertama dimulai, yang terdiri dari penebangan 40 pohon nyiur, dengan mengganti kerugian kepada penduduk setempat. Setiap pohon harganya seringgit.

Hollandia Post Bestuur Tahun 1921. Mungkin ini post pertama yang dibangun di Teluk Humboldt (Foto: Istimewa)

Kemudian dibangunlah tempat pemukan pertama di Hollandia, yang selama 69 tahun ini berkembang menjadi Kota Jayapura yang kita kenal sekarang ini. Penduduk pertama Kota Jayapura terdiri dari 4 Perwira, 80 tentara, 60 pemikul barang. Selanjutnya para pekerja, pelayan – pelayan, wanita dan anak yang seluruhnya berjumlah 270 jiwa. Di tahun 1978 jumlah penduduk meledak mencapai 57.950 jiwa, terdiri dari 33.443 orang pria dan 24.507 wanita.  Mereka ini berdiam diatas areal tanah seluas 5.077,1 hektar, terbagi dalam 2 kecamatan yakni Kecamatan Jayapura Utara dan Kecamatan Jayapura Selatan. Kedua-duanya terbagi lagi dari 51 RW dan 186 RT. Beberapa bangunan yang dibangun pada awal pembentukannya diatas tahun 1910 kini telah berkembang mencapai 7.553 bangunan. Jumlah ini belum termasuk Kecamatan Abepura dan Sentani (Tifa Irian, 10 Maret 1980).

Niuew Guinea Raad. Tahun 1961. Foto Istimewa

Kategori:Jayapura City

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.