Karya puisi berjudul Senja di Muara Sungai Sanoba Karya Bass Alex Jouweny (Nabire), pernah dimuat oleh Tabloid Tifa Irian edisi 31 Januari 1969

Bumi telah gelap karena hari telah mulai malam Suasana pada malam itu tenang sekali Bintang - bintang mulai kelihatan di celah - celah awan Bulan pun demikian, akhirnya pukul 20.00 malam langit bersih, kelihatan kebiru - biruan Lautpun kelihatan teduh, sehingga cahaya bulan berkilat dimuka laut sebagai kaca Dengan perlahan aku berdiri dari tempat tidur dan keluar dari pondok yang dibawah pohon - pohonan Langkah demi langkah aku menuju sebatang kayu yang terdampar diantarkan oleh ombak Pasirnya pun luas dan putih kelihatannya Duduklah aku sebatang kara diatas batang kayu tersebut, sambil menikmati suasana pemandangan muara Sungai Sanoba Terasa badanku sejuk disebabkan oleh hawa yang datang dari Gunung Sanoba Daun - daun pohon pun melambai - lambai disebabkan angin sepoi - sepoi yang mulai berhembus Dengan perlahan aku mengangkat kepala kesebelah kanan, tetapi sayang pulau - pulau Harlem tersembunyi di pele* oleh Tanjung Boratei Mata membuang kekiri, Tanjung Mangguar memanjang kelaut memele* kampung halamanku Begitupun kebelakang hanyalah tampak gunung - gunung dan hutan rimba yang lebat pohon - pohonan Hanyalah kedepan aku memandang laut luas, yang mana lampu berkerlip - kerlip dari para nelayan di Kota Nabire Dengan lambat aku menarik nafas, dan dalam hati bertanya dimanakah kampung halamanku? Tempat ayah dan bunda berpusara? Sungguh hidupku begini Dari mana aku sehingga aku terdampar disini? Lebih baik aku pulang saja ke kampung halamanku Karena hidupku sama saja dengan batang kayu yang aku sekarang duduki, demikianlah pikiranku Tetapi akhirnya teringat kembali bahwa; Tanahku, Bangsaku, Biarlah aku kurban jiwa dan ragaku untuk Tanahku, Bangsaku! Catatan kaki: *pele/ terpele/ memele : (pandangan) terhalang/tertutup; menghalangi/menutupi (pandangan) Karya Bass Alex Jouweny Nabire di muat di Tabloid Tifa Irian tanggal 31 Januari 1969
Kategori:Citizen