Ruang Film Imaji

Film Please Vote For Me, Ketika Demokrasi Dipraktikkan Oleh Murid Kelas 1 SD di Negara Komunis

Sungguh, ini film yang berat tapi dikemas dengan cara yang ringan sehingga menarik dan menghibur, bahkan terkadang mengundang tawa!

Trailer Please Vote For Me (2007) Karya Sutradara Weijun Chen/ Don Edkins

Menikmati film berjudul Please Vote For Me karya sutradara Weijun Chen/ Don Edkins selama 55 menit penonton dibawa untuk hanyut dalam alur cerita dan benar – benar menikmati ritme yang dimainkan. Sang Sutradara mengemas film yang sarat akan lapisan – lapisan pesan dengan cara yang sangat brilian! Sungguh, ini film yang berat tapi dikemas dengan cara yang ringan.

Film ini diawali dengan sebuah pertanyaan “Apa itu demokrasi?” dan “Apa itu pemilihan?” yang ditanyakan kepada anak – anak berusia 8 tahun yang notabene terlahir dan dibesarkan di Negara China yang menganut sistem komunisme dan terkenal dengan kediktatoran pemimpinnya.

Sejak dini, ketika anak – anak duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar, nilai – nilai ‘komunisme’ di indoktrinasi melalui sistem pendidikan untuk membentuk karakter anak, misalnya saja saat upacara bendera, yel – yel yang dikatakan dan lagu – lagu yang dinyanyikan.

“Pemilihan Ketua Kelas 1 SD” di sebuah sekolah menjadi upaya pengenalan demokrasi. Merekam adegan proses demokrasi di setiap tahapan pemilihan mengungkap bagaimana anak – anak secara polos mempraktikkan sistem demokrasi secara sportif.

Beberapa adegan akan membuat kita tersenyum, misalnya saja saat Xu Xiaofei menangis diejek oleh rivalnya (kandidat ketua kelas) diikuti oleh adegan permintaan maaf oleh Cheng Cheng dan timsesnya. Atau bagaimana timses yang direkrut menjalankan perintah untuk memprovokasi teman – teman sekelas dan berupaya menjatuhkan yang lain. Debat kandidat yang ditunjukan di depan kelas juga menjadi sebuah adegan yang menarik untuk memperlihatkan kecakapan seorang calon pemimpin, sebagaimana pertarungan orang dewasa dalam panggung politik.

Film dokumenter ini juga menyorot keterlibatan masing – masing orang tua dari 3 calon ketua kelas (Luo Fei, Cheng Cheng dan Xu Xiaofei – Tokoh Utama dalam film ini) bukan hanya menjadi motivator bagi anak – anaknya, tetapi sekaligus juga sebagai mentor yang terlibat dalam strategi pemenangan bahkan hingga mengajarkan cara – cara kotor yang dengan lugu diikuti oleh si anak.

Bagi saya, film ini memiliki lapisan pesan menggunakan metafora – metafora yang halus, disampaikan dengan cara yang sangat sopan (baca: menarik, red) namun sebenarnya sebuah pesan yang sangat mendalam bagi penontonnya.

Kita tahu bahwa Tiongkok menerapkan sistem komunisme yang sangat mengakar kepada rakyatnya. Praktik demokrasi yang dikenalkan kepada anak – anak adalah sebuah metafora, bahwa sistem demokrasi adalah sesuatu yang baru!

Tiga orang tokoh yang dipilih secara cermat dalam film ini juga menjadi sebuah metafora. Luo Fei yang sudah menjadi ketua kelas selama 2 tahun (incumbent), dengan latar belakang orang tuanya bekerja sebagai Direktur Kepolisian adalah simbol kemapanan dalam sistem yang telah beratus – ratus tahun terbentuk. Cheng Cheng, dengan latar belakang orang tuanya bekerja sebagai Produser Televisi adalah simbol para pihak (media/ masyarakat) yang kritis dan menginginkan pembaharuan. Sementara Xu Xiaofei yang dibesarkan oleh single parent (mama) bekerja sebagai karyawan biasa adalah simbol kaum perempuan yang dianggap lemah dalam konstruksi sosial masyarakat.

Bagaimana ketiga tokoh dalam film ini berupaya memperebutkan posisi sebagai Ketua Kelas adalah sebuah cerminan jika sistem baru, dalam hal ini demokrasi liberal, dikenalkan dan bagaimana mereka mendefinisikan demokrasi dalam setiap proses/ tahapannya.

Selain menggunakan metafora yang bagus, filmmaker juga menyisipkan bahasa semiotik yang sama halusnya dengan metafora yang digunakan. Misalnya saja dalam shot seorang anak menghapus tulisan di papan tulis namun tidak sampai sehingga ia harus melompat – lompat agar tulisan di bagian atas juga terhapus, dirasakan sebagai sebuah pesan bahwa pemilihan menggunakan sistem demokrasi adalah sesuatu yang baru. Ada tahapan yang harus dikerjakan agar masyarakat bisa mencapai level pemahaman yang sama.

Shot menarik lainnya, yakni saat Cheng Cheng dan Luo Fei buang air di toilet sambil berdebat kecil tentang pemilihan ketua kelas, menunjukkan ketatnya persaingan di antara keduanya.

Secara keseluruhan, film ini menjadi sebuah tontonan yang menarik, mengedukasi, menghibur dan penuh dengan pesan yang mendalam. Karenanya film ini layak mendapatkan apresiasi! (YAJ)

Disclaimer: Tulisan ini dihasilkan di School of Seeing 2021, lokakarya analisis film dokumenter yang diselenggarakan oleh In-Docs dan didukung oleh Yayasan Cipta Citra Indonesia.

Kategori:Ruang Film Imaji

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.