Ruang Film Imaji

Review Film Lewat Djam Malam Karya Usmar Ismail (1954)

Film Lewat Jam Malam karya Usmar Ismail tidak menawarkan romantisme cinta dibalut indahnya senja. Film ini adalah sebuah dialektika yang sangat kritis di masa-masa krusial pasca Kemerdekaan Republik Indonesia. Film Lewat Djam Malam mempertanyakan apa makna kemerdekaan dan lebih jauh dari itu, film ini juga mencari bentuk ke-Indonesia-an.

Dalam perjuangan aku biasa tidur di tanah saja. Paling – paling hanya dibangku kayu. Kini aku tiba – tiba tidur di ranjang yang putih bersih. Ganjil rasa badan.” (Tokoh Iskandar diperankan oleh AN Alcaff dalam Film Lewat Djam Malam)

Menyimak film berjudul Lewat Jam Malam (1954) karya Usmar Ismail, saya merasa dibawa memasuki sebuah jaman untuk merasakan sensasi kehidupan pada masa – masa awal kemerdekaan Republik Indonesia.

Film dibuka dengan langkah – langkah kaki perlahan menyusuri malam yang suram di sebuah lorong di Kota Bandung. Tampak seorang pemuda, Iskandar, berjalan santai.  Sesaat kemudian bunyi lonceng berdentang memecah keheningan malam. Disebuah rumah seorang perempuan cantik terlihat gelisah menunggu dan semakin gelisah ketika jarum jam bergerak menunjukkan tepat pukul 10 malam bersamaan dengan nyaring bunyi lonceng. Tak lama berselang, sepasukan tentara terlihat berbaris rapi berpatroli. Mereka segera berteriak tatkala melihat sosok pemuda di kejauhan dan adeganpun berubah menjadi kejar – kejaran.

Film Lewat Jam Malam berdurasi 1 jam 33 menit, dengan latar belakang suasana Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya. Pada waktu itu, Tentara masih berusaha menguasai keadaan dan menyelenggarakan jam malam di kota Bandung.

Iskandar, diperankan oleh AN Alcaff, bekas tentara yang memutuskan untuk menjalani kehidupan normal sebagaimana masyarakat sipil lainnya. Ia meninggalkan dinas ketentaraan dan memulai kehidupan baru dengan pertolongan kekasihnya yang bernama Norma (diperankan oleh Netty Herawati) dan keluarga Norma.

Konflik batin Iskandar ditunjukkan dalam sebuah dialog dengan kekasihnya Norma. “Dalam perjuangan aku biasa tidur di tanah saja. Paling – paling hanya dibangku kayu. Kini aku tiba – tiba tidur di ranjang yang putih bersih. Ganjil rasa badan.” Dan selanjutnya “dari gunung kulihat kota ini indah sekali, aku sangka dengan mudah aku dapat kembali ke kehidupan biasa”.

Atas bantuan ayah Norma, Iskandar mendapatkan pekerjaan di kantor Gubernur. Namun pada hari pertama kerja, ia mendapatkan kesulitan memulai pekerjaan pertamanya, terjadi perkelahian dengan rekan satu kantornya dan berhenti seketika.

Sementara itu ditempat lain Norma tengah menyiapkan sebuah pesta ‘ala Eropa’ untuk menyambut kembalinya tunangannya (Iskandar) dari medan perjuangan.

Salah satu adegan dalam film Lewat Djam Malam arahan sutradara Usmar Ismail (source youtube Aven Rizki)

Iskandar kemudian berusaha mencari teman – teman lamanya dari dinas ketentaraan agar dibantu untuk mendapatkan pekerjaan. Namun saat ia mengetahui bahwa korupsi telah merajalela mengatasnamakan perjuangan mereka, upayanya berbuah kekecewaan.

Ia yang dulu dikenal sebagai tentara yang memiliki integritas yang tinggi, loyal dan tunduk pada atasan, seketika harga dirinya terluka ketika mantan atasan, Gunawan, memintanya melakukan pekerjaan kotor.

Di tengah kekecewaannya, Iskandar tak sengaja berjumpa dengan Puja, mantan anak buahnya yang kini menjadi “mucikari”. Dalam dialog dengan Puja, ternyata ia mempunyai kesamaan dengannya yakni sama – sama merasa nasibnya tak seindah apa yang mereka angan – angankan semasa perjuangan dulu.

Film ini menjadi sangat menarik dengan kemunculan tokoh Laila, seorang pramuria. Karakter Laila cukup menggelitik. Ia ditampilkan sebagai sosok pramuria yang gemar membuat klipping gambar busana, perabot modern dan gambar bayi. Kehadiran Laila seolah menyentil gambaran kehidupan yang diinginkan setiap perempuan di masa yang akan datang.

Kehadiran Gafar, rekan seperjuangan Iskandar dulu, yang mengungkap sebuah rahasia kelam diantara kisah perjuangan mereka, membuatnya semakin gelisah. Iskandar “menggugat” dengan caranya.

Menikmati film Lewat Djam Malam, kita disuguhi ‘mise en scene’ yang apik, misalnya dalam adegan pesta dansa di rumah Norma yang memberi kesan gaya hidup yang terpengaruh budaya barat kontras dengan adegan pesta rakyat dengan tari jaipong yang dilintasi oleh Iskandar saat melarikan diri. Secara keseluruhan persilangan antara kultur Belanda dan kultur Indonesia sangat terasa di film ini, termasuk melalui musik yang ditampilkan.

Film Lewat Djam Malam, arahan sutradara Usmair Ismail, penulis skenario Asrul Sani meraih penghargaan bersama sebagai Film Terbaik FFI tahun 1955 bersama dengan film Tarmina. A.N. Alcaff juga berhasil terpilih sebagai Aktor Terbaik dalam ajang yang sama.

Salah satu adegan dalam film Lewat Djam Malam arahan sutradara Usmar Ismail (source youtube Aven Rizki)

Film ini kembali diputar pada 18 Juni 2012 setelah melalui proses restorasi di Laboratorium L’Immagine Ritrovata, Bologna, Italia dan bekerjasama dengan National Museum of Singapore (NMS) dan World Cinema Foundation. Proses ini berlangsung antara Agustus 2011 sampai beberapa bulan sebelum premier pada tahun 2012. Film ini juga diputar pada pembukaan sub-festival Cannes Classic dalam ajang Festival de Cannes 2012 di Cannes, Prancis.

Sebagai catatan film ini aslinya berwarna hitam putih, foto berwarna yang ditampilkan dalam tulisan ini merupakan screenshot dari film yang telah dilakukan pewarnaan otomatis menggunakan perangkat lunak DeOldify dari GoogleColab.

Review by YA Journal

Source: Buku Risalah Jejak Film Indonesia dari Pra Kemerdekaan Hingga Era Milenial diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan & Kebudayaan (2019)

Kategori:Ruang Film Imaji

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.