Review Buku

Review Buku Media Sosial Alat Gerakan Sipil, Belajar dari Suksesi Jakarta & Masa Depan Indonesia

Buku ini merupakan hasil riset tentang pengaruh media sosial terhadap keaktifan warga dalam dunia politik. Berdasarkan pengamatan sekilas, banyak orang berpendapat bahwa media sosial adalah sebuah alat dan kekuatan baru yang memberi harapan pada segenap masyarakat yang kecewa dengan alat politik yang ada. Media sosial seakan-akan hadir untuk memberikan semacam kekuatan untuk meluapkan aspirasi masyarakat yang selama ini tak pernah didengar, digubris, apalagi dipenuhi. Hasrat mereka jadi tersalurkan dan mereka sangat puas

Ilustrasi gambar media sosial (sumber: kumparan.com)

Buku berjudul Media Sosial, Alat Gerakan Sipil, Belajar dari Suksesi Jakarta & Masa Depan Indonesia” terdiri dari 7 bab. Buku ini ditulis oleh AE Priyono, Usman Hamid, Wilson Obrigadoz, Zely Arine, tahun 2014,diterbitkan oleh Public Virtue Institute, setebal 190 halaman, dengan nomor  ISBN 978-602-03-14556-2-3.

Dalam buku ini para penulis memfokuskan riset dan penulisannya pada keaktifan warga DKI Jakarta di ruang digital untuk bertukar informasi, berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lainnya dalam kaitannya dengan isu-isu pemajuan kepentingan bersama sebagai sesama warga DKI. Penulis menggambarkan sejauh mana warga Jakarta menggunakan media sosial berbasis internet seperti Facebook, mesengger, WhatsApp,  Viber, Twitter, Instagram untuk mengangkat percakapan-percakapan berkaitan dengan kepentingan umum warga Jakarta.

Dibagian awal buku menjelaskan kehadiran media sosial telah mengubah banyak hal seperti interaksi sesama manusia dalam berbisnis, berbudaya, distribusi informasi, kegiatan sosial, pendidikan, politik, dan kehidupan manusia secara umum. Perubahan yang begitu deras  dan tak terbendung dalam konteks buku ini hal yang utama bukanlah ada perubahan semata tetapi perubahan kearah mana.

Penggunaan media sosial memberikan kemudahan dalam berkomunikasi, baik teman, keluarga yang tidak memungkinkan dilakukan melalui face to face karena faktor jarak. Kita dapat mengirimkan informasi-informasi yang dibutuhkan dengan mudah dan cepat, begitu pula dalam mengakses informasi yang kita butuhkan.

Dalam bermedia sosial setiap orang bisa tampil bak aktor utama dalam media sosialnya.  Secara bebas menungungkapkan uneg-uneg, ide, harapan, keluhan dan juga kemarahan yang semua orang bisa mengetahuinya. Media sosial menjadi ruang baru yang memberi tempat terhadap kebebasan setiap orang untuk mengekspresikan diri.

Arus informasi bergerak begitu cepat. Kabar berita dari pelosok bisa menyebar dalam hitungan detik dan semua penguna media sosial bisa mengetahuinya, baik mereka yang ada dipelosok daerah, kota dan bahkan di belahan dunia lain. Kejadian disekitar yang remeh remeh seperti hari ini makan apa, naik kendaraan, jalan kaki, sedang makan, peristiwa ketabrak, pencopetan, salam dan sapa bisa disebarluaskan melalui media sosial dengan cepat dan aktual.

Mereka yang sedang mencari pekerjaan, menawarkan pekerjaan atau jasa tertentu bisa berjumpa melalui media sosial. Media sosial membuat dunia seakan tidak ada sekat. Semua orang dengan mudahnya bisa berinteraksi terhadap bermacam kepentingan.

Dalam Buku Media Sosial, Alat Gerakan Sipil, Belajar dari Suksesi Jakarta & Masa Depan Indonesia para penulis memberi gambaran dan mengedukasi pembaca sekalian bahwa sangat penting menggunakan media sosial secara bijak dan cerdas. Media sosial jika dimanfaatkan dengan baik, ia bisa menjadi alat ampuh untuk menggalang dukungan, partisipasi publik dan menjadi tindakan nyata yang menghasilkan perubahan positif untuk kepentingan umum.

Buku ini juga memuat kisah-kisah sukses dan isu-isu publik lain yang kita jumpai. Kisah sukses itu, berasal dari berbagai sumber dan narasumber yang terlibat langsung dalam pengorganisasian online maupun offline.  Beberapa kisah sukses tersebut diantaranya berasal dari change.org, sebuah platform petisi online yang merupakan media sosial dan secara spesifik membantu memperluas dan mempolitisasi (meningkatkan konten politik) sebuah isu tertentu.

Lebih lanjut media sosial dianggap sebagai kekuatan besar yang bisa digunakan untuk melakukan gerakan perubahan secara besar-besaran. Sehingga media sosial telah menjadikan dunia digital sebagai sesuatu yang dekat, akrab dan menjadi milik seluruh masyarakat, bukan sesuatu yang hanya dimiliki oleh mereka yang melek teknologi digital belaka. Dengan kata lain dunia digital telah mulai merakyat.

Penulis menggambarkan perang digital yang terjadi, misalnya nalar publik versus propaganda hitam pada pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta tahun 2012, naiknya pasangan Faisal Biem disebabkan sosialisasi program-program yang dilakukan pasangan ini. Perang digital ini tidak berlangsung lama.

Contoh lain sentimen positif kembali direbut pasangan Jokowi-Ahok karena banyaknya peristiwa politik yang berkaitan dengan pasangan ini dan langsung direspon oleh pendukungnya secara cepat dimedia sosial. Hingga diakhir Mei itu, popularitas pasangan Jokowi-Ahok dimedia sosial masih tertinggi. Melalui media sosial, publik masih memantau mereka. Banyak reportase dibuat untuk menunjukkan bahwa Jokowi dan Ahok benar-benar bekerja.

Pada tanggal 14 November 2012 setelah dilantik Jokowi dan Ahok memanfaatkan media sosial sebagai alat keterbukaan pemerintah sehingga membuat warga menjadi lebih mudah memantau dan mengikuti hampir semua gerak-gerik pasangan itu.  Dengan berjalannya waktu, Jokowi dan Ahok terus menjadi perhatian publik bukan saja warga Jakarta melainkan seluruh Indonesia.  Disinilah peran media sosial sangat penting untuk mengkomunikasikan program-program tersebut ditingkat warga, tetapi juga mengembangkannya lebih jauh ke arah-arah isu lain. 

Interaksi dan komunikasi digital akhirnya berkembang menjadi pertimbangan deliberasi. Inilah bentuk awal terjadinya partisipasi kewargaan, juga perluasan keterlibatan warga pada isu publik. Ini pula tampaknya yang akan menjadi basis bagi munculnya politisasi media sosial (Netizenship). Sisi lain, kelompok baru juga mengambil peran untuk memberikan masukan, kritik dan mengawasi pemerintahan Jokowi agar menjalankan janji-janjinya selama kampanye dengan cerdas dan cermat.

Para pembaca sekalian, di Bab 6 para penulis memberi gambaran bahwa fenomena media sosial pada Pilkada DKI Jakarta sebagai sebuah terobosan. Hal ini menjadi kabar gembira dan sekaligus memberi harapan tersendiri bagi masyarakat Indonesia, terutama para aktivis.

Media sosial adalah alat, seberapa canggihnya pun ia, tetap saja sangat tergantung pada penggunanya. Media sosial digunakan untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat, memilih pemimpin maupun membangun negeri ini. Para pengguna yaitu masyarakat umum maupun para aktivis harus berupaya agar apa yang diperjuangkannya menuai hasil. Jika tidak, tak akan berarti apa-apa, jangan harap ada hasil.  Media sosial memiliki keunggulan dalam hal interaksi para penggunanya. Komunikasi terjalin dengan penyebaran yang luar biasa cepat dan masif.

Bagian akhir para penulis menjelaskan bahkan mengedukasi pembaca tentang peran media sosial dalam mengubah keadaan, sebuah aksi nyata demokrasi digital.

Biasanya organisasi atau kelompok memanfaatkan media sosial untuk mensosialisasi dan mengundang event organisasi kelompok tertentu untuk mengupdate rutin terhadap apa yang dilakukan organisasi, mengajak orang lain, menyadarkan orang untuk memahami hak dan kepedulian antar sesama manusia dan sebagai platform pengaduan. 

Media sosial berpotensi sebagai pertukaran informasi, mendiskusikan isu publik dan partisipasi untuk bertujuan perubahan sosial maupun kebijakan pemerintah.  Karakter media sosial adalah murah, cepat, non hirarki dan jangkauannya yang luas. 

Sebuah kenyataan bahwa tidak semua isu dapat memanen kesuksesan dukungan, apalagi perubahan yang diperjuangkan. Hanya isu tertentu saja yang sukses. Media sosial yang mayoritas masih sebagai alat untuk eksistensi diri dan personal dapat secara perlahan juga merambah pada bidang lain terutama politik, misalnya kasus cicak VS buaya, sejuta Facebooker dukung KPK, jalin Merapi saat mengorganisir informasi dan partisipasi disejumlah wilayah bagi warga korban letusan gunung Merapi, sampai kasus  koin untuk pria , melawan dugaan kriminalisasi dari perusahaan rumah sakit swasta adalah kisah sukses yang sudah banyak diulas atau setidaknya kisah-kisah pemanfaatan media sosial yang efektif untuk keutamaan publik.

Dengan demikian, saya merekomendasikan buku ini menjadi bahan bacaan yang sangat layak dibaca oleh siapapun, termasuk para aktivis.

Terimakasih, Koha.

Kimi, 30 Januari 2021

Review oleh: Andi Gobay

Kategori:Review Buku

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.