Review Buku

[Review Buku] Biografi & Jejak Pemikiran Paulus Waterpauw Mengabdi Dengan Hati

Pendekatan kemanusiaan jauh lebih penting daripada pamer kekuatan (Paulus Waterpauw)

Buku berjudul Biografi & Jejak Pemikiran Paulus Waterpauw Mengabdi Dengan Hati ditulis oleh Ensa Wiarna dan Rudi Hartono, diterbitkan oleh Yayasan Bina Profesi dengan nomor ISBN 978-602-97601-3-2 Cetakan pertama pada 2013, cetakan kedua tahun 2014 dan cetakan ketiga 2016.

Buku setebal 266 halaman ditulis ketika Irjen Pol Paulus Waterpauw masih menjabat sebagai Wakapolda Papua Barat (kala itu masih berpangkat Brigjen Pol).

Buku ini cukup menarik karena mengungkap sisi – sisi humanis seorang Paulus Waterpauw, perjalanan karirnya hingga buah pemikirannya.

Biografi & Jejak Pemikiran Paulus Waterpauw terbagi dalam 6 bagian. Bagian pertama, Dari Fak Fak menuju Surabaya; Bagian 2 Mengabdi dari Surabaya ke Jakarta, Bagian 3 Menebar Asa Papua, Bagian 4 Sentuhan Hati Nurani, Bagian 5 Bersama Dia, Kami dan Kita; dan Bagian 6   Buah Pemikiran Paulus Waterpauw.

Bagian awal buku ini menceritakan kehidupan Paulus Waterpauw kecil yang terlahir di Fak Fak, Papua Barat. Dalam buku Paulus Waterpauw semasa kecil digambarkan sebagai sosok yang penakut namun rajin membantu orang tua dan sering ikut berburu hutan dengan membawa tombak atau parang. Hutan dan laut adalah tempatnya bermain. Pada usia 7 tahun, Paulus berpindah sekolah ke Surabaya dan tinggal bersama pamannya. Bagian ini sangat menarik karena ia lompat kelas dari kelas IV langsung naik ke kelas VI karena postur tubuhnya yang besar.

Selanjutnya diungkap pula dalam  buku ini bagaimana ia menjadi atlet voli dan hobi ini pula-lah yang menunjang penilaian saat seleksi masuk AKABRI. Setelah lulus dari Akademi Kepolisian Tahun 1987, Paulus Waterpauw mendapatkan penugasan pertama di Polda Jawa Timur.

Bagian yang paling menarik dari buku ini ialah ‘sharing’ pengalaman pribadinya di berbagai medan penugasan. Suami Ny. Roma Megawanty ini, digambarkan sebagai figur yang sangat humanis; bagaimana ia kerap melakukan pendekatan yang persuasif kepada masyarakat. Kefasihannya berbahasa Jawa dengan dialek Suroboyo-an acap kali membuat orang tercengang karena tak banyak yang menyangka bahwa sosok dengan ‘face’ Papua ternyata mahir berbahasa Jawa halus. Hal ini pula sangat membantu menyelesaikan berbagai kasus ketika bertugas di Jawa.

Dituturkan perjalanan karir bapak tiga anak ini penuh dengan lika-liku namun diiringi dengan capaian prestasi yang gemilang seiring dengan kenaikan jabatan. Misalnya saja pada tahun 2006 pernah terpilih menjadi Komandan Upacara 17 Agustus di istana Negara, pada era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Buku ini dilengkapi pula dengan berbagai testimoni dari pimpinan, kolega, rekan, sahabat dan keluarga. Diantaranya Kapolri Jenderal Tito Karnavian, yang saat memberikan testimoni masih menjabat sebagai Kapolda Papua, Dra. Tri Redjeki (mantan guru), Edo Kondologit (penyanyi Papua) dan Ruth Emmanuela Waterpauw (putrinya).

Di akhir buku ini dijabarkan buah pemikiran Sang Jendral  terkait dengan nasionalisme, ancaman global, ketahanan nasional, pendekatan sosial budaya yang digunakan hingga peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Dengan bahasa yang sederhana dan penyajian yang menarik buku ini mudah dicerna oleh pembaca dan menjadi inspirasi/ motivasi. Selamat Membaca. Salam Literasi.

Penulis: Yulika Anastasia

Kategori:Review Buku

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.