Review Buku

[Review Buku] Titus PekeI Sang Penggali Noken; Perjuangan di Tengah Pengakuan dunia

Oleh: Yulika Anastasia

“Noken bukan sekedar tas, noken adalah identitas dan jati diri orang Papua” – demikianlah pesan yang hendak disampaikan melalui buku berjudul “TITUS PEKEI SANG PENGGALI NOKEN – Perjuangan di Tengah Pengakuan Dunia.”

Buku setebal 218 halaman yang di terbitkan oleh Ecology Papua Institute (EPI) mengangkat kisah tentang perjuangan seorang putra Papua bernama Titus Christoforus Pekei yang mengantarkan noken hingga mendapatkan pengakuan Unesco sebagai warisan budaya tak benda (Paris 4 Desember 2012).

Noken, bagi Titus Pekei, adalah simbol entitas orang asli Papua. Noken memiliki makna filosofi yang melekat dalam keseharian orang Papua.

Di jabarkan dalam buku tersebut setiap wilayah adat di Papua memiliki noken dengan kekhas-an masing-masing. Setiap komunitas noken dalam 7 wilayah adat di Provinsi Papua memiliki penyebutan yang berbeda untuk noken. Kata ‘noken’ sendiri berasal dari bahasa Biak inoken atau inokenson. Meski demikian, ada satu kesamaan yakni cara merajut  noken.

Buku ini terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama, noken sebagai warisan budaya manusia Papua. Bagian kedua gerakan noken Papua, sebuah agenda kerja. Dan, bagian ketiga, dunia mengenal noken: noken dalam liputan media,

Buku Titus Pekei Sang Penggali Noken diterbitkan oleh Ecology Papua Institute (EPI)

Melalui bukunya, Titus Pekei mengajak pembaca untuk mengenal lebih dekat dengan apa yang disebutnya sebagai Manusia Noken (MaN) atau Manusia Papua (MaP). Berbicara tentang noken, bukan hanya berbicara tentang noken sebagai tas, tetapi tentang nilai yang terkandung di dalamnya, yakni keterikatan alam, budaya dan manusia Papua termasuk di dalamnya isu lingkungan dan isu pelestarian alam-budaya Papua.

Akhirnya, Melalui buku ini Titus Pekei menuntun pembaca sampai pada kedalaman, bahwa noken adalah identitas dan jati diri Orang Papua. Noken dimaknainya sebagai noken kehidupan. Ia mengupas makna noken secara sosiologis, antropolis, filosofis dan psikologis.

Tanah Papua dihuni oleh 250 suku dan tersebar di 9 wilayah adat (Papua & Papua Barat), menjadi sebuah satu kesatuan yang indah, yang terajut melalui benang noken.

Buku ini sangat layak untuk di baca oleh semua kalangan, khususnya jika Anda ingin mengenal lebih dekat tentang Papua.

Kategori:Review Buku

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.