Biak mempunyai tradisi yang unik, namanya apen beyeren atau prosesi berjalan di atas batu panas. Ritual ini sejatinya diselenggarakan sebagai penghormatan terhadap seseorang ataupun tokoh adat.
Atraksi berjalan di atas batu panas kembali di pertunjukkan pada Festival Biak Munara Wampasi (FBMW) ke VII tahun 2019 ini, dan berhasil menyedot perhatian wisatawan.

Sebelum dimulai, batu – batu karang disusun sedemikian rupa di atas kayu kemudian dibakar selama beberapa jam. Kayu dilahap habis oleh api yang membumbung tinggi menyisakan abu dan bara, sehingga bebatuan yang dibakar pun betul – betul panas.
Menjelang senja sesaat sebelum memulai prosesi, batu – batu di tata memanjang sedemikian rupa. Pria, wanita dan anak – anak berbusana adat terlihat mempersiapkan diri dalam barisan. Tak lama berselang bunyi triton (alat musik dari kerang) nyaring terdengar dan disambut oleh tabuhan tifa. Suasana magis nan eksotis pun menyebar ke seluruh penjuru.

Para penari tradisional menari dan bernyanyi mengelilingi arena. Antusiasme penonton pun terlihat dari berdesakannya para pengunjung, seolah tak sabar untuk mengabadikan moment ini.
Sebelum melewati batu panas, kaki para pelaku ritual dioleskan semacam minyak. “Ini dibuat dari daun Sindia. Dengan mengoleskannya , telapak kaki tidak akan melepuh ketika melewati batu panas,” ujar salah satu dari mereka.
Satu persatu mereka berjalan kaki menginjak batu panas di iringi dengan tepuk tangan yang meriah dari penonton.
DIyakini, tidak sembarang orang bisa melakukan ritual ini, hanya mereka yang memiliki hati dan pikiran yang bersih mampu melakukannya.
Tradisi apen beyeren, menjadi salah satu unggulan dalam Festival Biak Munari Wampasi VII. Festival ini sendiri berlangsung di Lapangan Cendrawasih, Kota Biak, tanggal 1 – 6 Juli 2019.
Kategori:Info Wisata