Menyusuri perkampungan di tepian danau Sentani, bulan ketiga pasca bencana banjir bandang dan meluapnya air danau, tim Imaji Papua bersama tim Alumni APDN Yoka, tiba di Kampung Yakonde.
Tulisan ini melanjutkan 2 tulisan saya sebelumnya terkait karya nyata Alumni Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Yoka yang mengulurkan tangan membantu pembangunan air bersih bagi warga Sentani yang terdampak bencana, pada Maret 2019.
BERKELILING DANAU SENTANI PASCA BENCANA – BAG. 1
Berkeliling Danau Sentani Pasca Bencana – Bag 2
Di kampung Yakonde, Distrik Waibu, Sentani Barat, pada Kamis siang (15/5) sembari menunggu para tukang menggali sumur bor, kami berbincang dengan Kepala Kampung Yakonde Bapak Jacob Daimoe.
Ia menceritakan tentang banyak hal tentang meluapnya air danau Sentani. Menurutnya, bencana meluapnya air danau hingga menenggelamkan rumah warga terjadi merata, di hampir semua perkampungan yang ada di danau. Bahkan, air naik setinggi 1,3 meter dari lantai rumahnya membuat ia dan keluarganya terpaksa mengungsi.
“Kami membangun rumah sekitar 1,5 meter di atas permukaan air danau. Air meluap setinggi hampir 3 meter. Setengah rumah saya sudah tenggelam,” tuturnya.
Saat kami berkunjung, air memang sudah terlihat surut. Namun, pak Jacob Daimoe, punya pendapat lain.
“Surutnya cukup lama, membutuhkan waktu sekitar 3 bulan air turun seperti saat ini. Bisa jadi, butuh waktu 3 bulan lagi agar air turun seperti sebelum bencana. Itu pun tergantung cuaca dan curah hujan,” bebernya.
Lanjutnya, selama kurun waktu air menggenangi rumah warga, selama itu pula warga hidup di pengungsian. Jacop Daimoe pun membuka kantor kampung untuk menampung pengungsi.
Menurutnya hidup di pengungsian ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Bukan hanya tentang bagaimana menyelamatkan diri dan barang – barang yang tersisa, namun juga melanjutkan hidup di tengah situasi bencana.
Meluapnya air danau sehingga menggenangi rumah warga menyebabkan kerugian materiil: barang – barang yang hanyut terbawa air, kerusakan bangunan rumah warga, terganggunya perekonomian warga. Belum lagi sejumlah masalah yang harus di hadapi terkait pendidikan dan kesehatan.
Ia pun berterima-kasih kepada Tim Kerja Alumni APDN Yoka, yang telah menyalurkan bantuan pembangunan sumur bor untuk mendapatkan air bersih.

“Air bersih sangat diperlukan warga, orang Sentani hidup di atas air, terbiasa dengan air yang berlimpah dan tidak dibatasi. Saya berterimakasih Alumni APDN memberikan bantuan sumur bor agar warga bisa mendapatkan air bersih,” ucapnya.
Untuk persoalan kesehatan, kata Jacob Daimoe, setiap minggunya ada petugas kesehatan yang dijadwalkan turun ke kampung – kampung melakukan pemeriksaan.
Sementara itu, setelah mengawasi langsung penggalian sumur bor untuk warga Kampung Yakonde, Tim Alumni APDN Yoka selanjutnya masih akan terus bekerja untuk membangun sumur bor di kampung – kampung lainnya.
Bantuan berupa pembangunan sumur bor berikut mesin, tandon air dan pipa bersumber dari sumbangan sukarela alumni APDN Yoka. Bantuan disalurkan melalui Tim Kerja Alumnya APDN Yoka, yang akan menyalurkan langsung kepada warga di kampung. Target total adalah membangun sumur bor di 32 titik, dan telah terealisasi 23 titik.