Festival Sagu Papua ke-2 hanya berlangsung satu hari, yakni pada 21 Juni 2018. Namun, kesan yang didapat berasa melekat kuat. Sepanjang hari, pengunjung diajak untuk mengenal budaya Sentani, langsung dari alamnya yakni hutan sagu.
Di lokasi festival, yakni hutan sagu Kampung Kwadeware, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, pengunjung diajak terlibat langsung bagaimana menokok hingga meramas sagu, mengolah sagu secara tradisional, dan membuat perkakas berbahan daun sagu. Yang paling seru ialah berburu ulat sagu dan icip – icip kuliner berbahan pangan lokal.
Berasa asyik dan tidak rugi mengunjungi festival ini. Bukan hanya dihibur tetapi menambah pengetahuan tentang tradisi Sentani dengan cara yang menyenangkan.
Berikut 5 keseruan Festival Sagu Kwadeware
1. Membuat perkakas dari daun sagu
Daun sagu diubah dianyam dan menjadi wadah dengan berbagai macam fungsi, sebagai tempat sagu hasil tokok, tempat sampah, dan lain sebagainya.
2. Berburu Ulat Sagu
Ini yang paling seru! Ulat sagu didapat dari batang sagu yang memang sengaja dibusukan. Ulat sagu dikumpulkan untuk dimakan mentah atau diolah menjadi sate dan aneka olahan lainnya.
3. Menokok hingga meramas sagu
Dalam tradisi Sentani, tebang, tokok hingga ramas sagu biasanya dilakukan secara berkelompok. Kaum laki – laki menebang dan menokok sagu, sementara kaum perempuannya meramas sagu.
Di arena festival, dari semuanya dikerjakan menggunakan peralatan tradisional. Sagu ditokok menggunakan kapak batu atau dalam bahasa Sentani disebut ‘fema’. Sementara sagu atau ‘fi’, di ramas menggunakan pelepah sagu, air hasil remasan pun disaring menggunakan sejenis daun. Perkakas untuk meramas sagu juga diatur sedemikian rupa menggunakan cara – cara tradisional. Keren pokoknya!
4. Sangrai Kopi
Di tengah hutan sagu, pengunjung diajak menikmati kopi organik dari alam pegunungan tengah Papua.
Kopi disangrai menimbulkan aroma harum yang khas, dan dihaluskan. Selanjutnya, tentu ditambah air panas dan dinikmati. Kata Orang Papua: ‘enak apa bilang……….’
5. Dari rumah adat, mengenal perkakas tradisional, hingga icip – icip kue tradisional
Ketika memasuki arena festival, pengunjung langsung disambut oleh miniatur rumah adat Kwadeware. Bangunan rumah adat terbuat dari kayu berdinding dan beratap daun rumbia (daun sagu).
Di tengah – tengahnya disediakan meja panjang dan hidangan untuk tamu yang disajikan dalam wadah tradisional. Ada papeda, ikan gabus kuah dan aneka panganan lainnya.
Di bagian tengah pun, pengunjung bisa melihat cara pengolahan tradisional oleh komunitas Papua Jungle Chef, yakni kue sagu tef (sagu pisang) yang dimasak dengan cara barapen. Masakan dihidangkan secara gratis, dan pengunjung bebas untuk icip – icip kuliner yang diminati.
Selain itu, ada show seni pahat dan display noken papua. Pengunjung yang berminat boleh memilikinya, tentu saja dengan cara membelinya dari pengrajin.
Satu kata untuk festival ini, Seru! Sekali lagi, pengunjung diajak mengenal budaya Papua dengan cara – cara yang menyenangkan. **Helem Foi/ terimakasih**
Kategori:Gallery, Travelista, Vlog
thanks infonya, duh jaid penasaran pengen liat lsg
SukaSuka